Friday, April 6, 2018

Kisah Biografi Bung Tomo Sang Pahlawan Indonesia

Kisah Biografi Bung Tomo Sang Pahlawan Indonesia


TanpaJasa. - Bung Tomo yaitu pahlawan yang datang dari kota Surabaya. Beliau punyai layanan besar kepada usaha menjaga kemerdekaan Indonesia, yakni saat melawan penjajah yang menginginkan kembali menjajah Indonesia persisnya di kota Surabaya. Beliau sukses jadi orator serta membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk melawan kembalinya penjajah yang kita kenal dengan pertempuran 10 November 1945 yang diperingati jadi Hari Pahlawan.

Kehidupan 

Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya, Jawa Timur. Sutomo lebih di kenal dengan nama Bung Tomo oleh rakyat. Bung Tomo di besarkan dalam keluarga kelas menengah, dan keluarga yang begitu menghormati serta menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo yaitu seseorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia sempat bekerja jadi pegawai pemerintahan, jadi staf pribadi di satu perusahaan swasta, jadi asisten di kantor pajak pemerintah, serta pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Bung Tomo mengakui punyai pertalian darah dengan sebagian pendamping dekat Pangeran Diponegoro. Ibunya berdarah kombinasi Jawa Tengah, Sunda, serta Madura.

Bung Tomo senangi bekerja giat untuk melakukan perbaikan kondisi supaya jadi tambah baik. Pada waktu umur 12 th., saat ia sangat terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Bung tomo lakukan beragam pekerjaan kecil-kecilan untuk menangani efek depresi yang menempa dunia waktu itu. Terakhir ia merampungkan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, tetapi tidak sempat resmi lulus.

Di umur muda Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI. Bung Tomo lalu join dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Sutomo menyatakan kalau filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari grup ini serta dari kakeknya, adalah pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada umur 17 th., ia jadi populer saat sukses jadi orang ke-2 di Hindia Belanda yang menjangkau posisi Pandu Garuda.

Bung Tomo punyai kesukaan pada dunia jurnalisme. Ia sempat bekerja jadi wartawan terlepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada th. 1937. Satu tahun lalu, ia jadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat dan jadi wartawan serta penulis sudut harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada th. 1939.

Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, sisi Bahasa Indonesia untuk semua Jawa Timur di Surabaya pada th. 1942-1945. Waktu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, beliau memberitakannya dalam bhs Jawa bersama-sama wartawan senior Romo Bintarti untuk menjauhkan sensor Jepang. Setelah itu, beliau jadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Pada di Surabaya.

Perjuangan Pertempuran Surabaya 10 November 1945 

Pada th. 1944 ia jadi anggota Pergerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, nyaris tidak seseorang juga yang tahu dia. Tetapi semuanya menyiapkan Bung Tomo untuk menggerakkan peranannya yang begitu perlu.

Pada 19 September 1945 satu insiden berlangsung di Hotel Yamato, Surabaya. Sekumpulan orang Belanda menempatkan bendera mereka. Rakyat geram. Seseorang Belanda tewas serta bendera merah-putih-biru itu di turunkan. Sisi biru dirobek, tinggal merah-putih, yang segera dikibarkan.

Di Jakarta, pasukan Sekutu datang pada 30 September 1945. Beberapa serdadu Belanda turut rombongan. Bendera Belanda berkibar di mana-mana. Waktu itu, Bung Tomo masihlah berstatus wartawan kantor berita ANTARA. Ia juga kepala sisi penerangan Pemuda Republik Indonesia (PRI), organisasi terutama serta paling besar di Surabaya saat itu.

Di Jakarta, Bung Karno memohon beberapa pemuda untuk menahan diri, tidak mulai konfrontasi bersenjata. Bung Tomo kembali pada Surabaya. " Kita (di Surabaya) sudah peroleh kemerdekaan, sesaat di ibukota rakyat Indonesia sangat terpaksa mesti hidup dalam ketakutan, " tuturnya seperti dicatat sejarawan William H. Frederick dari Kampus Ohio, AS.

Pada bln. Oktober serta November 1945, ia jadi satu diantara Pemimpin yang begitu perlu, karna ia sukses menggerakkan serta memunculkan semangat rakyat Surabaya, yang pada saat itu Surabaya terserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang serta membebaskan tawanan Eropa.

Pada 9 November dikeluarkannya ultimatum yang ditampakkan terhadap beberapa staf Gubernur Soerjo yang berbunyi, pertama, semua pemimpin rakyat Surabaya mesti menyerahkan diri paling lambat jam 18. 00 di hari itu dengan tangan diatas kepala. Ke-2, semua senjata mesti diserahkan. Lantas, pembunuh Mallaby menyerahkan diri. Jika ke-2 hal itu diabaikan, Sekutu akan mulai menyerang pada jam 06. 00 esok harinya. Seperti ultimatum terdahulu, pamflet memuat ultimatum disebar lewat udara. Jika tidak dipatuhi, pada 10 November mulai jam 06. 00, Inggris juga akan mulai menggempur.

Pertempuran di Surabaya, 10 November 1945, Bung Tomo tampak jadi orator ulung dimuka corong radio, membakar semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara Inggris serta NICA-Belanda.

Thursday, April 5, 2018

6 Pahlawan Indonesia yang Pernah Kisahnya Di filmkan

6 Pahlawan Indonesia yang Pernah Kisahnya Di filmkan

6 Pahlawan Indonesia yang Pernah Kisahnya Di filmkan

Tanpa Jasa. - Dewan Film Nasional sudah mengambil keputusan 30 Maret jadi Hari Film Nasional. Hari ini berniat diambil karena di tanggal itu adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa, karya Usmar Ismail yang ditahbiskan jadi film nasional pertama.

Para sineas Tanah Air waktu ini sudah menujukkan taringnya dengan ada banyaknya film yang berbobot. Banyak tokoh Indonesia sebagai ide dan diangkat ke layar-lebar.

1. Soekarno 

Janganlah kadang-kadang melupakan peristiwa bangsa kita. Hal berikut yang buat Hanung Bramantyo buat film bagaimana kisah hidup dan perjuangan Sang Proklamator untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Dahulu, Sukarno diberinama Kusno oleh orangtuanya. Namun, karena sakit-sakitan namanya ditukar jadi Sukarno. Keinginannya, dia juga akan jadi ksatria seperti Adipati Karno. Keinginan bapaknya tercukupi. Usia 24 th. Sukarno sukses mengguncang podium dan berteriak : Kita Mesti Merdeka Saat ini!

Akibatnya dia mesti dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak seperti Komunis. Tapi keberanian Sukarno tdk sempat padam. Dia semakin menuntut. Pledoinya yg sangatlah populer Indonesia Menuntut menghantarkan dia dibuang ke Ende, lantas Bengkulu.
Perjuangannya tak petrnah padam sampai dia sukses memproklamirkan kemerdekaan RI.
Setelah kemerdekaan, Sukarno diangkat jadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta jadi perdana menteri RIS.

2. Cut Nyak Dien 

Cut Nyak Dien yaitu seseorang wanita Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Cut Nyak Dien lahir pada th. 1848 di Aceh Besar di lokasi VI Mukimm, ia terlahir dari kelompok keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seseorang uleebalang, yang memiliki keturunan dari Datuk Makhudum Sati.

Dia menikah dengan Teuku Umar pada 1880. Mereka dikaruniai anak lelaki yang dinamakan Cut Gambang. Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia dengan Teuku Umar bertempur dengan melawan Belanda.  Hingga selanjutnya dia di tangkap dan dibawa ke Banda Aceh dan dirawat dirumah sakit. Namun, dia lalu dibuang ke ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda kalau kemunculannya juga akan membuat semangat perlawanan dan karena ia selalu terkait dengan pejuang yang belum tunduk.  Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat karena usianya yang telah tua.

3. Ahmad Dahlan 

Kisah hidup tokoh Muhammadiyah ini sempat juga difilmkan. Nama kecil KH Ahmad Dahlan yaitu Muhammad Darwisy. Ia adalah anak ke-4 dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhnya saudaranya wanita, terkecuali adik bungsunya. Ia termasuk juga keturunan ke-2 belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seseorang yang terutama diantara Walisongo, yakni pelopor penebaran agama Islam di Jawa.

Dia aktif gulirkan gagasannya mengenai pergerakan dakwah Muhammadiyah, ia dikenal juga jadi seseorang wiraswastawan yang cukup sukses dengan berdagang batik yang saat itu adalah profesi wiraswasta yang cukup menggejala di orang-orang.

Mulai sejak awal Dahlan sudah mengambil keputusan kalau Muhammadiyah bukan hanya organisasi politik namun punya sifat sosial dan beroperasi di bagian pendidikan.

Muhammadiyah semakin lama semakin berkembang nyaris di semua Indonesia. Oleh karenanya, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengusulkan permintaan pada pemerintah Hindia Belanda untuk membangun cabang-cabang Muhammadiyah di semua Indonesia. Permintaan ini dipenuhi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Atas jasa-jasa KH Ahmad Dahlan dalam memunculkan kesadaran bangsa Indonesia lewat pengembangan Islam dan pendidikan, jadi Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya jadi Pahlawan Nasional dengan surat Ketentuan Presiden No 657 th. 1961.

4. Hasyim Asyari 


Hasyim Asyari yaitu pendiri Nahdlatul Ulama yang sempat juga difilmkan. Di kelompok Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang bermakna maha guru.

Hasyim Asyari yaitu putra ke-3 dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Ashari, pemimpin Pesantren Keras yang ada di samping selatan Jombang.

Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari bapak dan kakeknya, Kiai Utsman yang pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang.
Mulai sejak umur 15 th., ia berkelana menimba ilmu di beberapa pesantren, diantaranya Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Pada th. 1899, sepulangnya dari Mekah, Hasyim Asyari membangun Pesantren Tebu Ireng, yang nantinya jadi pesantren paling besar dan terutama di Jawa pada zaman 20.
Pada th. 1926, Hasyim Asyari jadi diantara pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang bermakna kebangkitan ulama.

5. Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto 

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto yaitu anak ke-2 dari 12 bersaudara dari bapak bernama RM Tjokroamiseno, salah seseorang petinggi pemerintahan saat itu. Kakeknya, RM Adipati Tjokronegoro, sempat juga menjabat jadi Bupati Ponorogo.

Tjokroaminoto yaitu diantara pelopor gerakan di Indonesia dan jadi guru para pemimpin-pemimpin besar di Indonesia. Pergi dari pemikirannya, melahirkan beraneka jenis ideologi bangsa Indonesia.

Pada saat itu, tempat tinggalnya pernah jadikan tempat kos para pemimpin besar untuk menimbah ilmu kepadanya, yakni Semaoen, Alimin, Muso, Sukarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka. Tjokroaminoto yaitu orang yang saat kali pertama menampik untuk tunduk pada Belanda.

Setelah ia wafat lahirlah warna-warni gerakan Indonesia yang dibuat oleh murid-muridnya yaitu kelompok sosialis komunis yang diikuti oleh Semaoen, Muso, dan Alimin. Soekarno yang nasionalis dan Kartosuwiryo yang Islami.

Salah satu trilogi darinya yang termasyhur yaitu setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini melukiskan situasi perjuangan Indonesia pada eranya yang membutuhkan tiga kekuatan pada orang pejuang kemerdekaan.

6. Kartini 

Raden Adjeng Kartini yaitu seseorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini di kenal jadi pelopor kebangkitan wanita pribumi.  Kartini datang dari kelompok priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia adalah putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seseorang patih yang diangkat jadi bupati Jepara selekasnya setelah Kartini lahir.

Hingga umur 12 th., Kartini di ijinkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Disini Kartini belajar bhs Belanda. Namun setelah umur 12 th., ia mesti tinggal dirumah karena telah dapat dipingit.  Karena Kartini dapat berbahasa Belanda, jadi dirumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat pada rekan-rekan korespondensi yang datang dari Belanda. Salah nya ialah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada perkembangan berfikir wanita Eropa. Timbul hasratnya untuk memajukan wanita pribumi, karena ia lihat kalau wanita pribumi ada pada status sosial yang rendah.  Dia menginginkan wanita punya kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Surat-surat Kartini juga diisi keinginannya untuk peroleh pertolongan dari luar.

Berkat kegigihannya, dia lalu membangun Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan lalu di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah yang lain.

Ke-Enam tokoh di atas tidak hanya pernah di jadikan Documentary Film saja. Namun ke enam tokoh di atas juga sangat sering digunakan oleh para prediktor untuk membuat sebuah Prediksi togel hari ini. yang selalu menghasilkan angka-angka Jitu dan akurat.